Babarengan.com – Bali telah lama menjadi salah satu tujuan liburan yang paling populer di dunia. Dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, budaya yang kaya, dan keramahan penduduknya, pulau ini sering menjadi pilihan utama bagi wisatawan yang ingin mengalami petualangan yang tak terlupakan.
Namun, di balik pesonanya yang menawan, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan, termasuk penggunaan bahasa yang sesuai dan menghindari kata-kata kasar yang mungkin tidak disadari memiliki makna yang tidak pantas atau menyinggung. Terutama, ada 10 kata dalam bahasa Bali yang sebaiknya dihindari untuk diucapkan, agar interaksi dengan penduduk lokal tetap berjalan lancar dan menyenangkan.
- Naskleng Kata ini sering digunakan oleh sebagian masyarakat Bali, dengan makna yang hampir mirip dengan “bangsat”. Penggunaan kata ini bisa dianggap tidak sopan dan patut dihindari agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
- Cicing cai Kombinasi kata “cicing” yang berarti anjing, dan “cai/nani/nyai” yang berarti kamu, membentuk kata kasar ini yang berarti “anjing kamu”. Penggunaannya bisa dianggap sangat kasar dan tidak pantas dalam berkomunikasi.
- Kleng Dalam konteks sosiolinguistik, kata ini termasuk dalam kategori umpatan, karena maknanya adalah alat kelamin laki-laki. Penggunaannya tentu saja tidak pantas dalam percakapan yang santun.
- Ndas bedag Terdiri dari “nas/ndas” yang berarti kepala, dan “bedag” yang artinya anak kuda (bebedag), kata ini memiliki arti sialan. Penggunaannya bisa dianggap menghina dan sebaiknya dihindari.
- Jelema lengeh Dengan “jelema” yang berarti manusia, dan “lengeh” yang berarti bodoh, kata ini merujuk kepada orang bodoh, ceroboh, atau lalai. Penggunaannya bisa dianggap menyinggung dan sebaiknya dihindari dalam interaksi sehari-hari.
- Bebangkan Dengan arti “bedebah”, kata ini termasuk dalam kategori kata kasar yang sebaiknya dihindari karena sifatnya yang menghina.
- Bungut gebuh Gabungan antara “bungut” yang berarti mulut (biasanya untuk hewan) dan “gebuh” yang berarti gembur, membuat kata ini merujuk kepada mulut yang gembur atau ungkapan untuk seseorang yang suka berbohong, membual, atau tukang gosip. Penggunaannya sebaiknya dihindari dalam komunikasi sehari-hari.
- Bedag poleng Dengan makna “tidak ada apa-apa”, kata ini umumnya digunakan untuk mengejek orang yang banyak janji atau hanya bicara kosong. Meskipun terdengar tidak begitu kasar, tetapi penggunaannya bisa dianggap merendahkan.
- Pirata Umpatan ini, berasal dari daerah Singaraja, mengarah kepada leluhur, sehingga dianggap sangat tidak pantas untuk diucapkan. Sebaiknya dihindari sama sekali dalam percakapan sehari-hari.
- Dakin teli/jit Terakhir, “dakin teli” atau “jit” mengarah kepada anggota tubuh seseorang, yakni pantat atau alat kelamin wanita. Penggunaannya bisa dianggap sangat kasar dan tidak patut diucapkan dalam situasi apapun.
- Bedeh/Beh Kata ini merujuk kepada perasaan marah atau kesal yang sangat dalam. Penggunaannya bisa menunjukkan ketidaksetujuan atau perlawanan, tetapi dianggap kasar dalam situasi formal atau resmi.
- Njeng/Njing Umpatan ini mengacu pada anjing, tetapi digunakan sebagai kata umpatan kasar untuk menyatakan ketidaksenangan atau kekecewaan yang mendalam. Penggunaannya dianggap tidak sopan.
- Bleguk Merupakan kata kasar yang merujuk kepada perasaan sakit atau luka, baik secara fisik maupun emosional. Penggunaannya dianggap kurang pantas dalam situasi yang sensitif.
- Bajing Mengacu pada tikus, kata ini digunakan sebagai kata umpatan yang menyatakan ketidakpuasan atau kemarahan yang mendalam. Penggunaannya dianggap kasar dan tidak pantas dalam percakapan sehari-hari.
- Lenting Merupakan kata kasar yang merujuk kepada tindakan atau perilaku yang kotor, kotoran, atau menjijikkan. Penggunaannya dianggap tidak sopan dan tidak pantas dalam konteks formal.
- Mecik Umpatan ini mengacu pada kotoran atau najis, dan digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan atau ketidaksenangan yang tajam. Penggunaannya dianggap kasar dan tidak sopan.
- Belegug Kata ini merujuk kepada perasaan sakit atau luka yang hebat, dan digunakan untuk mengekspresikan ketidaksenangan atau ketidakpuasan yang mendalam. Penggunaannya dianggap kasar dan tidak pantas dalam percakapan formal.
- Cepe Merupakan kata kasar yang digunakan untuk menyatakan ketidaksenangan atau ketidakpuasan yang kuat. Penggunaannya dianggap kurang pantas dalam situasi yang membutuhkan kehati-hatian dalam berbicara.
- Leleng Kata ini merujuk kepada perasaan bodoh atau konyol, dan digunakan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan atau ketidaksenangan secara kasar. Penggunaannya dianggap tidak sopan dalam percakapan yang santun.
- Bentol Mengacu pada benjolan atau tonjolan, kata ini digunakan untuk menyatakan ketidakpuasan atau ketidaksenangan yang tajam. Penggunaannya dianggap kasar dan kurang pantas dalam komunikasi sehari-hari.
Dalam konteks perjalanan, penting bagi para traveler untuk selalu menghormati budaya dan bahasa setempat. Menghindari penggunaan kata-kata kasar ini adalah salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat terhadap masyarakat lokal Bali. Dengan begitu, interaksi dengan penduduk lokal dapat berlangsung dengan lancar dan menyenangkan, tanpa menimbulkan kesalahpahaman atau ketegangan yang tidak perlu. Sebagai wisatawan yang bertanggung jawab, memahami dan menghormati norma-norma sosial dan budaya setempat adalah kunci untuk pengalaman liburan yang positif dan berkesan.
Baca juga: Dari Minangkabau hingga Papua: Ini 9 Suku Indonesia!
Sumber: Detik.