Babarengan.com – Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-20 resmi dibuka oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Kamis malam (6/2/2025). Ribuan masyarakat turut memadati kawasan Malioboro untuk menyaksikan rangkaian acara yang meriah di sepanjang jalan Malioboro, Yogyakarta.
Acara tahunan ini diselenggarakan sebagai bentuk perayaan Tahun Baru Imlek dan digagas oleh Jogja Chinese Art & Culture Centre (JCACC) dengan dukungan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Yogyakarta. Berlangsung selama tujuh hari, mulai 6 hingga 12 Februari 2025, kegiatan ini dipusatkan di Kampung Ketandan yang terkenal sebagai kawasan budaya Tionghoa di Malioboro.
Dalam sambutannya, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan rasa syukurnya atas perayaan Tahun Baru Imlek 2570 yang jatuh pada 29 Januari 2025. “Saya ikut mengucapkan: ‘Selamat, semoga banyak rezeki’—Gong Xie Fat Chai,” ujar Sri Sultan dengan penuh antusias.
Sri Sultan juga menyoroti makna simbolis Tahun Ular Kayu dalam kosmologi Tionghoa. Menurutnya, tahun ini diyakini membawa aura kehormatan, kekayaan, dan kemakmuran. “Transformasi, pertumbuhan, dan kreativitas yang menyertai Tahun Ular Kayu hendaknya menjadi modal sosial dalam upaya pembangunan dan kebangsaan,” imbuhnya.
Pembukaan PBTY tahun ini menampilkan berbagai atraksi budaya yang memukau. Mulai dari barongsai, tari tradisional Tionghoa, hingga pertunjukan musik khas Asia Timur. Tidak hanya hiburan, acara ini juga diramaikan dengan stan kuliner yang menyajikan beragam hidangan khas Imlek dan masakan tradisional Yogyakarta.
Antusiasme warga terlihat jelas dari keramaian yang memenuhi Malioboro. Warga Yogyakarta dan wisatawan dari berbagai daerah hadir untuk merasakan suasana perayaan yang unik dan penuh warna. Salah satu pengunjung, Rina (32), mengaku sengaja datang dari Semarang untuk menyaksikan acara pembukaan ini. “Saya ingin melihat langsung pertunjukan barongsai yang selalu menarik perhatian,” ujarnya.
Selain itu, PBTY juga menghadirkan berbagai kegiatan edukatif, seperti workshop seni kaligrafi Tionghoa dan diskusi budaya lintas etnis. Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat semangat toleransi dan memperkaya wawasan masyarakat akan keberagaman budaya di Indonesia.
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Wakil Walikota turut memberikan apresiasi atas konsistensi PBTY dalam merayakan budaya Tionghoa secara inklusif. “Kami mendukung penuh acara ini karena mampu memperkuat persatuan dan menjaga harmoni sosial di tengah masyarakat yang majemuk,” ujarnya.
Selama perhelatan PBTY, pengunjung diharapkan tetap mematuhi protokol keamanan dan menjaga kebersihan lingkungan Malioboro. Pihak penyelenggara telah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk memastikan acara berjalan lancar dan kondusif.
Dengan semangat yang dihadirkan melalui perayaan ini, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke-20 diharapkan menjadi momentum yang mempererat persaudaraan lintas etnis dan membawa energi positif bagi masyarakat.