Babarengan.com – Yogyakarta kembali bersiap menyambut Festival Sekaten yang digelar setiap tahun dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini bukan hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga peristiwa budaya yang mampu menyatukan masyarakat dari berbagai lapisan. Prosesi gamelan sekaten, upacara adat, hingga pasar malam rakyat selalu menjadi daya tarik utama yang menghadirkan suasana meriah di pusat kota.
Warga Yogyakarta menilai festival ini tidak sekadar seremonial, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang harus dijaga keberlangsungannya. Mereka menyampaikan tuntutan agar pemerintah daerah memberikan dukungan penuh, baik dari sisi pelestarian tradisi maupun penyediaan fasilitas publik. Menurut masyarakat, dukungan tersebut penting agar nilai historis Sekaten tidak terkikis oleh modernisasi dan tetap dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Selain itu, masyarakat juga meminta agar pelaksanaan festival dapat memperhatikan kenyamanan pengunjung. Selama ini, keramaian di kawasan Alun-Alun Utara dan sekitarnya sering menimbulkan kemacetan dan masalah kebersihan. Oleh karena itu, mereka berharap pemerintah lebih serius mengatur lalu lintas, menyediakan kantong parkir tambahan, serta memperkuat layanan kebersihan di area acara. Tuntutan ini dianggap penting untuk menjaga citra Yogyakarta sebagai kota budaya dan tujuan wisata.
Aspek ekonomi juga menjadi sorotan warga. Kehadiran pasar malam Sekaten telah lama menjadi ladang rezeki bagi pedagang kecil, kuliner tradisional, hingga pengrajin lokal. Namun, mereka menegaskan perlunya transparansi dalam pengelolaan retribusi serta pemerataan lokasi berjualan. Warga menilai keadilan dalam penempatan pedagang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha mikro yang menggantungkan hidup dari festival tahunan ini.
Sementara itu, kalangan seniman dan budayawan turut menyuarakan keinginan agar pertunjukan gamelan sekaten tetap menjadi pusat perhatian, bukan sekadar pelengkap acara. Mereka berharap pemerintah memperkuat promosi edukasi mengenai makna gamelan sekaten sebagai warisan keraton dan sejarah Islam Jawa. Menurut mereka, generasi muda harus lebih dilibatkan dalam pertunjukan agar tradisi ini tidak kehilangan relevansi di tengah perubahan zaman.
Di sisi lain, masyarakat juga menekankan perlunya keamanan dan ketertiban yang lebih baik. Banyak warga meminta agar aparat melakukan pengawasan ketat terhadap praktik pungutan liar maupun aksi kejahatan jalanan yang kerap terjadi saat keramaian berlangsung. Kehadiran petugas keamanan dianggap vital untuk memberikan rasa aman kepada pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.
Festival Sekaten tahun ini diharapkan dapat menjadi momentum penguatan identitas budaya Yogyakarta sekaligus sarana penyaluran aspirasi rakyat. Warga menginginkan pemerintah daerah tidak hanya fokus pada sisi hiburan, tetapi juga memberi ruang bagi suara masyarakat yang berharap adanya perbaikan nyata dalam penyelenggaraan. Dengan begitu, Sekaten dapat terus menjadi kebanggaan bersama yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberi manfaat luas bagi seluruh elemen.
Dengan tuntutan yang telah disampaikan, masyarakat berharap Sekaten Yogyakarta mampu berjalan lebih tertib, inklusif, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Lebih dari itu, festival ini diharapkan terus menjaga nilai budaya dan religius yang menjadi dasar pelaksanaannya sejak ratusan tahun lalu.