Babarengan.com – Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menyimpan kekayaan budaya dengan ciri khas tersendiri. Kekayaan itu terlihat dari berbagai tarian Papua yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, melainkan juga sebagai simbol identitas sersta wujud ekspresi masyarakat. Setiap tarian memiliki makna mendalam yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari kepercayaan, adat istiadat, hingga penghormatan terhadap alam.
Salah satu tarian yang dikenal luas adalah Tari Soanggi dari daerah Teluk Cendrawasih, Kabupaten Waropen, Papua Barat. Tarian ini sarat dengan nuansa magis yang dipercaya lahir dari kisah rakyat mengenai roh jahat bernama soanggi. Masyarakat setempat mempercayai roh tersebut dapat merasuki manusia, khususnya perempuan, dan menimbulkan penyakit maupun kematian. Dalam tarian Soanggi, para penari mengenakan pakaian tradisional khas Papua Barat dengan perisai, parang, serta busana rumbai. Gerakan tarian menggambarkan peperangan masyarakat melawan roh jahat yang diyakini masih terikat janji di alam baka. Iringan musik tifa, terompet kerang, dan nyanyian para penari menambah suasana magis dalam pertunjukan.
Selain itu, ada pula Tari Awaijale Rilejale dari masyarakat Sentani di Kabupaten Jayapura. Tarian ini menggambarkan keindahan Danau Sentani saat senja, ketika penduduk kembali dari beraktivitas menggunakan perahu. Pertunjukan biasanya dibawakan oleh laki-laki dan perempuan dengan mengenakan pakaian adat Pea Malo. Busana tersebut terbuat dari serat pohon genemo, daun sagu, dan kulit kayu, lengkap dengan perhiasan manik-manik khas Papua. Melalui tarian ini, masyarakat ingin menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam.
Tidak kalah populer, Tari Sajojo telah dikenal luas bahkan di luar Papua. Tarian ini kerap ditampilkan dalam acara hiburan maupun pertunjukan budaya. Gerakannya energik, penuh semangat, serta diiringi lagu daerah berjudul Sajojo yang bercerita tentang seorang gadis pujaan di kampung. Dengan ritme menghentak dan nuansa gembira, tarian ini menghadirkan keceriaan serta memperlihatkan sisi dinamis masyarakat Papua.
Tarian lain yang memiliki nilai historis adalah Tari Aluyen dari Kabupaten Sorong, Papua Barat. Nama Aluyen berasal dari kata alu yang berarti lagu dan yen yang berarti dinyanyikan. Tradisi ini telah ada sejak masa penjajahan dan umumnya ditampilkan pada upacara adat, misalnya ketika warga membangun rumah baru atau membuka kebun. Pertunjukan dapat berlangsung siang maupun malam hari, bahkan mencapai hitungan minggu jika digelar di rumah adat. Tarian Aluyen dibawakan oleh laki-laki dan perempuan dengan formasi berbaris panjang, dipimpin oleh seorang penari utama yang memandu jalannya pertunjukan.
Keberadaan berbagai tarian tradisional Papua membuktikan betapa kaya dan beragamnya warisan budaya Nusantara. Setiap gerakan, busana, hingga iringan musik yang ditampilkan tidak hanya menjadi seni pertunjukan, melainkan juga sarana untuk melestarikan nilai-nilai leluhur. Melalui pelestarian tarian tradisional, masyarakat Papua terus menjaga jati diri sekaligus memperkenalkan kebudayaan mereka kepada generasi berikutnya maupun dunia internasional.